Setiap daerah atau desa memiliki
sejarah dan latar belakang tersendiri, yang merupakan pencerminan dari karakter
dan pencirian khas tertentu dari suatu daerah. Sejarah desa seringkali tertuang
dalam cerita yang diwariskan turun-temurun dan dari mulut ke mulut.
Dikisahkan bahwa Putra mahkota kerajaan Sumedang
Larang, Pangeran Geusan Ulun (1580-1608) singgah di kesultanan Cirebon setelah
belajar Islam di kerajaan Demak. Pangeran Geusan Ulun diterima dengan baik oleh
penguasa Cirebon yang pada waktu itu dipimpin oleh Panembahan Ratu. Keduanya
masih ada pertalian saudara karena masih keturunan Sunan Gunung Jati. Pangeran
Geusan Ulun adalah seorang pemuda tampan Rupawan sampai sang Permaisuri
kesultanan Cirebon Ratu Harisbaya jatuh cinta kepadanya, dan keduanya sepakat
untuk melarikan diri ke kerajaan Sumedang Larang. Hal ini jelas membuat marah
Suami Ratu Harisbaya, Panembahan Ratu, dan mengirimkan pasukan untuk merebut
kembali Permaisurinya dan terjadilah pertempuran. Dalam peperangan tersebut
Sumedang Larang diperkuat oleh 4 senapati yang sakti mandraguna sehingga
pasukan Cirebon menderita kekalahan. Beberapa prajurit pasukan kerajaan Cirebon
berhasil melarikan diri dan bersembunyi ke dalam hutan-hutan di kawasan
Kerajaan Majalengka yang merupakan kawasan yang berbatasan dengan Kerajaan
Sumedang. Salah satu hutan yang dijadikan tempat persembunyian mereka adalah
hutan yang memiliki tumbuhan oyong dan terong. Karena konon jika
bersembunyi di balik ke dua tumbuhan tersebut mereka tidak dapat ditemukan oleh
pasukan Sumedang yang mengejarnya. Beberapa orang pasukan Cirebon berhasil
menemukan hutan yang dimaksud walaupun hutan tersebut terkenal keangkerannya.
Akhirnya mereka menetap di sana dan lama-kelamaan jadilah sebuah perkampungan.
Kemudian mereka memberikan nama kampung dengan sebutan Kampung Bojongmaung.
Nama Bojong dipakai karena kampung mereka dikelilingi aliran sungai dan irigasi.
Sedangkan nama maung ditempelkan di belakang kata Bojong, karena di
kampung mereka terdapat banyak maung (harimau) dan sering terlihat berjemur
di sebuah tempat yang selanjutnya dikenal dengan nama sasak Cimaung (sekarang
keberadaan situs tersebut sudah tak berbekas karena tergerus seiring
dibangunnya Terminal Cipaku – Kadipaten).
Pada tahun 1890 diselenggarakan
pertemuan yang dihadiri oleh para tokoh kampung. Hasil dari pertemuan tersebut
adalah :
1. Pergantian nama kampung dari Kampung Bojong Maung
menjadi Kampung Bojongcideres. Kata Cideres diambil dari nama sungai
yang mengelilingi kampung yaitu Sungai Cideres deet.
2. Kampung Bojongcideres dimasukkan ke dalam Wilayah
administrasi Desa Dawuan.
Kampung Bojongcideres dipimpin oleh seorang kepala
kampung atau rurah. Di bawah ini adalah daftar nama rurah yang pernah memimpin
Kampung Bojongcideres di masa Pemerintah Kuwu Desa Dawuan:
No.
|
Kuwu Desa Dawuan
|
Masa Jabatan
|
Nama Rurah Bojongcideres
|
Masa Jabatan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
|
Sarbandi
Rojak
Wira Santana
Carum
Ibong
H. Samsuri
K. Keme
M. Munir
Emon S.
Padma
|
1890 – 1900
1901 – 1915
1916 – 1932
1933 – 1941
1942 – 1951
1952 – 1960
1960 – 1965
1966 – 1969
1970 – 1978
1979 – 1981
|
Karsa
Karsa
Arnalim
Kardi
Carim
Carim
Suryani
Suryani
Arkasih
Arkasih
Asnari
Asnari
Asnari
Asnari
E. Mansyur
Ade Sukarya
|
1890 – 1912
1890 – 1912
1913 – 1920
1921 – 1929
1930 – 1939
1930 – 1939
1940 – 1946
1940 – 1946
1947 – 1955
1947 – 1955
1956 – 1971
1956 – 1971
1956 – 1971
1956 – 1971
1072 – 1978
1979 – 1982
|
Tahun 1982 merupakan tahun
bersejarah bagi masyarakat Bojongcideres. Pada tahun tersebut terjadi perubahan
status dari kampung menjadi Desa yang merupakan pemekaran dari Desa Dawuan,
yaitu Desa Bojongcideres. Sebagai kepala desa/ kuwu diangkat pejabat sementara
(PjS) kuwu, yaitu Bapak Edi Yusuf, hingga tahun 1984.
Tanggal 2 Nopember 1984 diadakan
pemilihan kuwu Desa Bojong Cideres untuk pertama kalinya. Kuwu terpilih adalah
Bapak E.Karma.
Berikut ini adalah daftar nama
kuwu/ kepala desa yang memimpin Bojongcideres :
1. Bapak Edi Yusuf
Beliau
diangkat sebagai pejabat sementara Kuwu setelah Bojongcideres
menjadi desa sejak tahun 1982 hingga 1984.
2. Bapak E.Karma merupakan kuwu terpilih pertama Desa
Bojongcideres.
Beliau menjabat mulai tahun 1985 dan berakhir pada tahun 1990.
3. Bapak Aceng Badrudin (Pjs Kuwu dari 1991 – 1993)
4. Bapak Uu Amin Husaeni adalah kepala desa terpilih hasil
pilkades kedua. Beliau menjabat dari tahun 1993 sampai tahun 2001. Semasa
kepemimpinannya, sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka, dibentuk BPD
(Badan Perwakilan Desa) sebagai pengganti LMD.
5. Bapak Moch. Yunus (2001 – 2011)
Hasil pemilihan kuwu tahun 2001 terpilihlah Bapak
Moch. Yunus. Beliau menjabat sebagai kuwu dalam kurun hampir 10 tahun (2
periode) yaitu hingga tahun 2011. Hal ini dikarenakan ada ketentuan pemerintah
Majalengka pada saat itu yang membolehkan pertambahan satu masa jabatan kuwu
dengan dasar persetujuan elemen masyarakat. Pada masa kepemimpinan beliau,
dibentuk LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat) Desa sebagai pengganti LKMD,
sesuai dengan aturan yang berlaku.
6. Bapak Agus Nur Efendi (2011 sampai sekarang)
Dalam usia yang masih muda, beliau terpilih oleh
masyarakat Bojongcideres
sebagai kepala desa pada pilkades tahun 2011 dan masih menjabat hingga
sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar