Tanpa
malam purnama takkan indah. Tanpa lapar nikmat makanan takkan terasa. Tanpa
dahaga sejuknya dingin air takkan memberi banyak makna. Begitu juga kemenangan
atau kemudahan takkan banyak memberi arti tanpa didahului rintangan masalah
kesusahan. Setelah mendung terbitlah cerah.
Tak
ada hidup tanpa masalah, karena masalah adalah sunnah-Nya. Yang kita perlukan
hanya kebijakan dalam menyikapinya. Jika ketegaran yang kita bina, nikmat
masalah akan terasa. Jika keluhan yang kita bina sengsara masalah akan selalu
bertambah.
Allah, aku bosan mengeluh akan keadaanku ini. Keadaan yang Engkau ciptakan adalah untuk sebaik-baik makhluk. Kau beri aku kekurangan, tapi ketika ku Tanya kawan-kawan ternyata aku punya kelebihan. Maka, tak ada alasanku mengumbar kekurangan dan mencaci kelemahan.
Allah, aku bosan mengeluh akan
bentuk fisikku. Fisik yang engkau berikan padaku adalah sebaik-baik bentuk. Aku
tak Engkau berikan bagian tubuh yang cacat. Aku pun masih dapat berfikir
normal. Jika ku lihat di luar sana, masih banyak yang Engkau berikan ujian
berupa bentuk fisik yang tak sempurna. Mereka mampu tersenyum, menjadikanku
malu untuk mengeluh.
Allah, aku bosan mengeluh akan
hidupku. Karena yang Engkau titipkan adalah yang aku butuhkan. Jika aku berkata
bahwa ini kurang dan itu kurang, sebenarnya adalah nafsuku yang berkata.
Allah, aku bosan mengeluh
tentang semua. Karena ketika aku mengeluh, maka akan terlontar
perkataan-perkataan buruk yang aku tau bahwa perkataan sejatinya adalah doa.
Maka jika aku mengeluh, sesungguhnya aku telah menciptakan boomerang untuk
diriku sendiri.
Allah, aku bosan mengeluh.
Setelah ku pahami, kasih sayangMu yang tak terhingga. PemberianMu yang mengalir
deras bak aliran sungai. Aku malu jika aku mengeluh. Aku seolah menjadi makhluk
yang tak pernah berterimakasih.
Allah, aku bosan mengeluh.
Keluhan-keluhan yang ku lontarkan pada setiap orang yang ku temui akan menular
menjadi keluhan-keluhan baru. Lalu, apa gunanya aku hidup? Jika yang aku bisa
tularkan bukanlah semangat tapi selalu keluhan.
Allah, aku bosan mengeluh.
Memperlihatkan segala resah dan gundah pada semua orang. Yang mungkin tidak
semua akan memahaminya, karena yang ku tahu masing-masing dari mereka juga
memiliki beragam masalah.
Allah, aku bosan mengeluh.
Setelah ku sadari arti hadirMu. Bukan hanya suatu Dzat yang menciptakan alam
semesta, tapi Engkau adalah sebaik-baik kawan yang selalu setia mendengar,
memahami dan memberi solusi. Jadi, kepadaMu-lah sepantasnya semua keluhan
terlontar.
Allah, aku bosan mengeluh
tatkala Engkau berikan apa yang bukan menjadi inginku. Karena aku tahu, bahwa
Engkau lebih tahu aku daripada diriku sendiri. Engkau berikan ini meskipun
terlihat buruk bagiku, tapi sebenarnya ada sesuatu yang luar biasa jika ku
pahami dan ku pikirkan.
Allah, aku bosan mengeluh.
Karena tiap kali aku mengeluh, tanpa sadar aku telah mengejekMu secara tidak
langsung. Mengejek ketidaksempurnaan ciptaanMu. Padahal Engkaulah sebaik-baik
pencipta. Aku berharap Engkau tidak murka akan kelakuanku. Ampuni aku ya Rabb…
Allah, aku bosan mengeluh. Tanpa
sadar aku menjadi hamba yang kufur. Bisa saja Engkau langsung binasakan aku,
tapi Engkau Maha Pengasih dan Maha Pengampun. Aku yang senantiasa membutuhkanMu
bukan sebaliknya. Kau beri aku kesempatan untuk memohon ampun.
“Dan sesungguhnya telah Kami
berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan
barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk
dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah
Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”” (QS. Luqman: 12)
“Hai anakku, dirikanlah
shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari
perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”
(QS. Luqman: 17)
“Dan Musa berkata: “Jika
kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah)
maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”” (QS. Ibrahim: 8)
“Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar Rahman: 21
Tidak ada komentar:
Posting Komentar